Catatan Blogger : Masih Ada Diskriminasi HIV di Sekolah

Nasional, Jakarta -  Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV belum benar-benar hilang. Kisah-kisah sedih lantaran mengalami diskriminasi di berbagai tempat, termasuk di sekolah. Nenek Ani harus menyeka air matanya lagi saat mendengar Hanif, cucunya yang terinfeksi HIV  diejek tiga temannya, tiga hari sebelum Peringatan Hari Anak Nasional. Temannya mendapat informasi soal Hanif yang terinfeksi ini dari Pak Hendra, guru olah raganya.

Baca: Cara Mengakses Pendaftaran CPNS 2017

“Ini mengulang kejadian sembilan tahun lalu. Hanif pernah ditolak masuk sebuah sekolah dasar negeri di daerah Cengkareng, Jakarta Barat karena HIV,” tulis Natasya Evalyne Sitorus, Manajer Advokasi Lentera Anak Pelangi di Indonesiana, 31 Juli 2017.

Natasya yang saban hari mendampingi anak-anak terinfeksi HIV itu mengatakan diskriminasi juga menimpa Adul,  siswa inklusi di sebuah sekolah dasar di Kemayoran, Jakarta Pusat. Statusnya sebagai anak yang terinfeksi HIV, diketahui pihak sekolah saat rapat persiapan imunisasi nasional vaksinasi gratis campak dan Rubella. 

Baca juga : Pujian dan Hujatan untuk Jokowi

Ketidakpahaman sekolah akan kondisi Adul menimbulkan ketakutan. Tante Adul dianggap tidak jujur saat pendaftaran oleh pihak sekolah karena tidak memberi tahu bahwa Adul terinfeksi HIV. Padahal status kesehatan Adul maupun siapapun adalah hak pribadi yang tidak harus dilaporkan dan dilindungi oleh undang-undang kesehatan. “Saya bingung, kenapa saya harus memberitahukan status Adul ke sekolah. Memangnya ada peraturannya?”

Padahal, pemerintah bisa mencabut Kartu Jakarta Pintar jika pemegangnya melakukan perisakan terhadap orang lain. Selengkapnya bisa dibaca di sini.

INDONESIANA| ISTI

expand_less