Bos First Travel Anniesa Hasibuan Pernah Jualan Burger dan Pulsa

Bisnis, Jakarta - Lama tidak terdengar, nama Anniesa Hasibuan tiba-tiba menjadi buah bibir setelah polisi menangkap desainer busana muslimah tersebut. Ia dan suaminya, Andika Surachman, diduga menggelapkan uang jemaah umrah melalui biro perjalanan milik mereka, First Travel.

Saat ditemui Tempo pada April 2017, Anniesa Hasibuan tentu tidak membayangkan akan dicokok polisi. Waktu itu ia masih dengan percaya diri membanggakan kehamilan yang sudah memasuki usia tujuh bulan.

Kehamilan anak kedua itu sudah ditunggu-tunggu sejak sebelas tahun sebelumnya. "Jadi ini memang anak yang mahal, dinanti-nanti," kata Anniesa di acara Wardah Youniverse di Jakarta, Sabtu, 8 April 2017.

Jauh sebelum tenar sekarang, perempuan kelahiran Jakarta, 30 Juli 1986 harus bersusah payah menjalani hidup dengan suaminya. Selama tiga tahun mereka berjualan hamburger dan pulsa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Setelah mendirikan First Travel, agen yang melayani perjalanan umrah, Anniesa mulai menekuni dunia mode sebagai perancang busana. "Saya belajar desain secara otodidak, enggak pernah sekolah desain," ujar Anniesa Hasibuan kepada Tempo di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Ahad, 12 Juli 2015.

Jenjang pendidikan hanya pernah sampai semester III di Universitas Indonesia, tapi pada Mei 2014, Anniesa berhasil menggelar peragaan busana rancangannya di Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta. Rancangan Anniesa lebih sarat dengan kain sutra, brokat, dan beledu ditambah kristal swarovski.

Glamor menjadi salah satu ciri khas yang diakui Anniesa. "Seleranya AHA, mewah tapi simpel dan elegan," ujar perempuan yang mengaku kerap bekerja pada malam hari alias 'ngalong' ini. Beberapa koleksinya yang menjadi ciri khas, misalnya luaran (outer), bomber jacket, dan long cardigans dengan potongan yang 'jatuh' atau loose.

“Saya tidak ingin meninggalkan identitas saya yang sebelumnya, Anniesa Hasibuan yang lux di koleksi ready to wear,” katanya kepada Tempo, September 2016.

Anniesa Hasibuan telah mengikuti beberapa peragaan busana di luar negeri. Di antaranya dua kali di New York Fashion Week pada September 2016 dan Februari 2017, serta Kaftan Festival di London pada Maret 2015.

Karya busana muslim Anniesa Hasibuan juga kerap dikritik. “Pakaian muslim esensinya adalah sederhana dan tidak menarik perhatian lawan jenis,” kata Eva Nisa, profesor studi Islam di Victoria University.

Penggemar Louis Vuitton ini menerima kritik itu. “Busana muslim sendiri tidak bisa dikategorikan. Saya sebagai muslim juga masih belajar, ada tahapan yang memang belum siap untuk dikatakan syar’i,” ujar Anniesa Hasibuan.

DINI PARAMITA | EVAN | BERBAGAI SUMBER

expand_less